Jelita...
Ijinkan dadamu kujadikan kanvas

Gunung2nya kuberi warna merah dan hijau
dgn gambar kupu2 dan mawar

Di lembah belahannya mengalir sungai jernih, meliuk bebatuan, membangkitkan gairahku untuk mencebur arus derasnya

Akupun terjun terseret ke lubuk hatimu yang terdalam

Di pekat malam kita tak nyalakan dian
hanya cahaya bulan dibingkai kaca jendela

Tanpa sapa saat kita berhadapan
hanya tatapan saling menembus keheningan

Segala kata menjelma debar di dada
lalu kurangkum, ciptakan larik2 puisi
tempatku munajatkan cinta
di antara binar matamu

Di lembar hatiku, kau boleh tulis apa sj
kata2 berserakan,catatan harian sampai graffiti kehidupan

Mencoret2 sketsa pagi,taman berjuta warna,malam gulita atau gambar jejak2 kita sbuah perjalanan musim silih berganti tanpa kesudahan

Tulis apa sj sesukamu, hati ini buku hariaanmu

DM yg kau kirimkan padaku kata2 penuh makna bergambar kupu2 dan setangkai mawar, hatikupun bergetar

Merah menyala bunga merekah di sudut mataku, kepak sayapnya bercahaya bak kilau kaca jendela dgn sebuah panorama indah

Dan wajah yg menunggu balasku tersenyum seindah banglala

Serasa masih dicumbu pelukmu yg semalam erat mendekapku

Malam bagai hamparan sawah nan hijau, bintang2 kita panen menjadi untaian kata, tawa serta canda

Dan di penghujung malam sebagai doa

(Lalu kita ciptakan pagi dan senyummu senyumku seperti lebah berkejaran di musim gairah)

Sudah kuduga, kaulah bidadari yg datang ke dalam mimpi
Gemulai tubuh langsing meliuk mengayunkan kaki jenjang di hamparan malam penuh gemintang

Jejak langkahmu memapah langkahku menuju jalan setapak di pintu hatimu

Sudah pasti kaulah bidadari yg datang untuk mengubah mimpi

Aku mencintaimu melebihi cakrawala berbatas senja Cintaku mantra pagi dan di langit malam mengerjap menjadi bintang

Cintaku melebihi luap samudra,mengisi denyut nadimu dg detak jantungku

Melukisi kanvas hatimu dg goresan roman dan rindu Walau tak selalu bicara,aku sarat aksara

Pada rindu yg kesekian kalinya
Membuat rindu kehilangan kita
Kita sepasang hati keras kepala
Karena ego diantara kita

Namun rindu merintih pulang
Pada hati yg dulu kita jaga

Pada jarak dan waktu
Kau dan aku sebatas spasi
Yang diam dlm satu ruangan
Tapi tak ada ikrar perpisahan

Aku sedang menatapmu dibawah rembulan membaca selaksa kata di matamu menafsirkan sirat cinta Menuliskan pendar2 cahaya petunjuk jln setapak di langit hatimu yg sll membukakan pintu pulang untku Diantara alis matamu ribuan kata tertutup embun dan kulihat wajahmu terunduk merindu

Semusim sudah ciuman pertamaku masih kausimpan di ranum bibirmu, lewati rimba waktu mengisi rongga dada

Biarkan tetap bertahta di sana, jangan pernah menghapusnya, sebab di sanalah kuarungi samudera kenangan di pantai hatimu aku terdampar

Dan.. disanalah aku menyebutnya cinta

Ingin aku menulis sebait puisi
Seperti tetes embun yg terselip pada liris bibirmu
Aku tahu, jika puisiku tak mampu mewakili
Tetapi hanya dgn puisi kumampu menceritakan isi hati

(Hatimu adalah kampung halaman dari seluruh puisiku tempat aku pulang dgn segala perbekalan cinta)